My red my pride (1)


Yang tertanam di otak kita jika melihat atau mendengar kata merah adalah berani, gagah, dan kuat (ya kayak arti bendera Indonesia gitu) tapi kalau saya yang mendengar warna merah otak hati dan pikiran langsung melayang ke negeri Pangeran William, yups Inggris. Warna merah bagi saya adalah The Reds dari Merseyside, Liverpool. Sebuah kota di tepi pantai dengan pemandangan lautnya yang eksotis dan dihiasi oleh sebuah museum di tepi pantainya dan dengan sebuah klub bola kebanggaannya yakni LIVERPOOL FC *yeahhh*. Hampir seluruh pecinta sepak bola tahu klub asal Inggris ini. Kecintaan saya dengan negeri ratu Elizabeth membuat saya banyak menelusuri jejak-jejak egeri tersebut dan taraaaaa ketemulah saya dengan Barclays Priemer League. Awalnya hanya sekedar ikut-ikutan orang di sekitar yang tiap weekend ramai nonton bareng, iseng saya ikut saja nonton (saat itu masih smp jadi cuma asal nimbrung saja).  Saya masih ingat sekali dengan tim yang pertama saya tonton ditulis LIV, ternyata itu adalah Liverpool.  


Kecintaan saya pada liverpool makin bertambah saat melihat aksi Peter Crouch membobol gawang lawan dengan salto indahnya, langsung deh saya jatuh cinta sama si Om Crouch ini. Mulai deh saya rajin mantengin berita bola tiap pagi (soalnya ngga boleh begadang). Menelusuri berita dan sejarah LFC, dan saat membaca sejarahnya saya merasa tidak salah memilih LFC sebagai tim favorite saya. 

Masa SMA hampir setiap akhir pekan ribut dengan teman-teman cowok (maklumlah anak IPS isinya laki semua), mereka menganggap saya tidak seperti cewek lain karena lebih excited bicara bola daripada fashion (yiaksss i don’t know fashion blasss). Saya membawa nama besar LFC sendiri karena kebanyakan teman saya adalah fans MU  tapi saya selalu mengingat “You’ll Never Walk Alone” yuhuuu itulah kenapa saya tetap setia mendukung LFC meski diserang habis-habisan tiap ada pertandingan.

Pada masa terpuruknya LFC, bisa dibayangkan betapa senangnya mereka membully saya, namun saya tetap bangga sebagai pendukung LFC. Karena bagi saya pada masa terpuruklah mereka membutuhkan dukungan bukan saat mereka menang (bayangin deh kalau kita sendiri lagi down, pasti butuh dukungan dan motivasi kan?)

Namun sekarang saat LFC kembali memasuki 4 besar (walaupun masih sementara) saya hanya bisa mendoakan yang terbaik, belum berharap yang muluk-muluk.
Sudah ah, tak tau apalagi yang akan kutulis *hehehe to be cont aja deh :D kalau tulisannya jelek ya maaf, kalau ngga suka close aja, kalau aneh ya itulah saya, kalau anda mual nyeri dan pegal membacanya segera konsultasi pada mbah gugel :D
CU next story with LFC *yeaaahhhh 9:9

Posted in . Bookmark the permalink. RSS feed for this post.

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.

Swedish Greys - a WordPress theme from Nordic Themepark. Converted by LiteThemes.com.